Kumpulan Puisi Nurdin Hidayat

sumber foto:alibaba.com


Sebait Puisi dari Dusta
Tibalah hari ini,
tanggal yang engkau cantumkan
sebagai takdir pertemuan kita,
di lembaran awal
Surat merah lambang cinta; kental
Seolah tertulis dengan pekat
darah yang kau ambil dari hatimu
Hingga sebahagian orang percaya
itu pelita bukan gulita,
meski untuk Si buta
Malam semakin panjang,
melipat gandakan mimpi
Sampai dering pagi semua gagap bersiap.

Di sisi stasiun yang kau janjikan,
semua berlalu pelan
dibayangi kota dan kerumunan
Sedang tiap pasang mata menatap curiga
padaku yang gundah
Menanti sesosok manusia
yang pernah dibangun kata-kata;
entah dari timur maupun barat.

Waktu tetap berlalu pelan
Kubentangkan lebar-lebar
surat berdarah sebagai pengenal,
supaya jelas kau kenal
Mentari terus menyusur lagi ke barat,
sedang engkau tetap belum terlihat
Kukabarkan semua hilang
di dalam setiap koran dan puisi puisi kerinduan,
namun semua tetap bisu.

Sekarang mentari telah lama tenggelam,
setiap pasang mata yang menatap curiga
berubah menjadi rasa
prihatin dan kasihan
Engkau lupa jadi bintang
Hari ini semua buku penuh dengan puisi menanti,
sampai lelah dan ditutup
dengan sebait puisi kecewa dan dusta.

Jakarta, 2019

Antara Basmalah dan Hamdalah
Kubuka hari ini dengan basmalah
melepas rengkuh malas yang memeras
sedang asa tetap menyilau
di antara bait hidup yang nyala

Kupeluk doa-doa hangat peninggalan subuh
menjadikannya anak tangga untuk menjamah hari
sampai tiba sayap malam mengepak,
atau lonceng berdentang tentang malam

Kututup hari dengan Hamdalah

Jakarta, 2020

Kalau Semua Masih Fasih Tentangmu
Kalau malam fasih merapal namamu
kalau sepi fasih bercerita tentangmu
mungkin engkau adalah puisi
yang digadang-gadang sepasang
terlahir dari rahim seorang perempuan
berwajah puisi
Dengan tatapan sayu dan sepi
sebab ketika kecil
ibunya setiap pagi meminumkannya kopi
Tanpa lupa ditaburi basa-basi mimpi

Lampung, 2020

Tentang Penulis


Nurdin Hidayatsosok pemuda kelahiran Lampung. Bergiat di COMPETER dan Sanggar Tonggak. Beberapa buku karyanya yang telah terbit ialah “Setitik Cahaya di Samudra Kehidupan” (2018) dan “Cangkan Peradaban” (2019) serta beberapa puisi karyanya turut dimuat di media daring di antaranya Travesia, AkarRantingDaun, Sayap Pena, Goresantanganbangjai dan SalmahCreativeWriting. Saat ini tengah menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Penulis dapat dihubungi melalaui Instagram: @nurdin_hidayat21 atau melalui alamat email: nurdinhidayat12062000@gmail.com.

Komentar

  1. Puisi yang indah, Nurdin. Terus semangat berkarya.

    BalasHapus
  2. Bagus ya puisinya, teruslah berkarya Kak,

    BalasHapus

Posting Komentar