![]() |
sumber foto:picuki.com |
Puan, Labuh Segala Doa
Di gulita hutan
doa
namanya jadi
tunggal
mekar dalam
akal
orang-orang yang
mengucap kasih
Tulang-tulang
puan
jadi tonggak
peradaban
mula hawa mencakar
nama
dan logika dai
tinta
Merah darah
puan
jadi merah api
semangat ibu
nyala ketika
adik pergi belajar membaca
mengenal huruf
dan angka
Dari kebaya
puan
menjulur putih
harapan
kalau-kalau
esok lusa
semua punya
sempat
punya tempat
Maka adalah
engkau R.A. Kartini
puan pemilik
nama lekat di hati
labuh segala
doa
Lampung 2020
Kita Sepasang Lakon
Kita hanyalah
sepasang lakon wayang sayang,
yang bergerak
di atas opsi demi opsi
yang jatuh dari
langit
Membentangkan
lebar-lebar daun waktu
untuk kau dan
aku bertemu,
adakah itu
cinta duduk licik di atas daun waktu sayang?
Engkau ramu
hitam di dalam secangkir kopi
sedang engkau
sejatinya ranum untuk kumiliki
Ah sudahlah
engkau madu bukan empedu
Engkau kopi
bukan protowali;
yang sediakala
membuat candu
Malam ini
lamat-lamat menghampiri
Tumbuh di
antara puisi yang panjang
Sedang semua
benih tumbuh dari engkau:
Sayang
Jakarta, 2019
Tentang Penulis
Nurdin Hidayat, sosok pemuda kelahiran Lampung. Bergiat di COMPETER dan
Sanggar Tonggak. Beberapa buku karyanya yang telah terbit ialah “Setitik
Cahaya di Samudra Kehidupan” (2018) dan “Cangkan Peradaban” (2019)
serta beberapa puisi karyanya turut dimuat di media daring di antaranya Travesia, AkarRantingDaun, Sayap Pena,
Goresantanganbangjai dan SalmahCreativeWriting. Saat ini tengah menempuh
pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Penulis dapat
dihubungi melalaui Instagram: @nurdin_hidayat21 atau melalui alamat email: nurdinhidayat12062000@gmail.com.
Sip .... 👍👍👍😊
BalasHapusKerenn nurdinn
BalasHapusGayanya asyik ya...
BalasHapusWakakakakakak...
Dengan background sawah
Dengan ekspresi yang sedemikian rupa
Wah menurutku itu menarik sekali
Meski hanya swkedar blog, isinya keren"
BalasHapusSaya salut dengan yang seperti ini